Matahari mulai terik, tapi dia masih memandangku dengan matanya yang sayu dari balik kaca jendela. Ah ... kenapa harus aku yang dipandang seperti itu? Haduh, jadi tak tega melihatnya. Apalagi umurnya sebaya dengan Asma, anak pertamaku.
Badannya yang kurus, kulit hitamnya serta bajunya yang dekil. Benar-benar kontras dengan pemandangan di Mc Donat, tempatku duduk menikmati sepiring donat yang hangat. Haduw, nafsu makanku jadi sedikit berkurang.
Badannya yang kurus, kulit hitamnya serta bajunya yang dekil. Benar-benar kontras dengan pemandangan di Mc Donat, tempatku duduk menikmati sepiring donat yang hangat. Haduw, nafsu makanku jadi sedikit berkurang.
"Hust hust! Pergi dari sini!" kata Security Mc Donat mengusirnya.
"Aku hanya ingin melihatnya," katanya pelan sambil menunjukku.
Lho? Aku? Memangnya ada apa denganku? Kenapa anak itu ingin melihatku? Memangnya ada yang salah denganku? Yang benar? Kenal saja tidak, mana mungkin aku punya salah padanya. Walah-walah. Dasar anak gelandangan.
Lho? Aku? Memangnya ada apa denganku? Kenapa anak itu ingin melihatku? Memangnya ada yang salah denganku? Yang benar? Kenal saja tidak, mana mungkin aku punya salah padanya. Walah-walah. Dasar anak gelandangan.
"Hoi! Gelandangan yang tak punya malu! Pergi dari sini! Kau harus tahu diri, di sini bukan tempatmu!" bentak Security sambil menarik kaos dekilnya yang sudah bolong dan hampir robek.
No comments:
Post a Comment